Pria berperawakan kurus
tanpa kumis dan jenggot yang masih muda itu terlihat begitu tampan. Wajahnya
sangat teduh dan enak dipandang. Sorot matanya lembut, bersih dan bersinar
bagaikan kaca yang tembus pandang. Ketika dia mencoba menoleh ke kiri, dirinya
sedikit terkejut karena melihat seorang pria bertubuh besar, berkulit hitam,
bermata besar dengan warna merah menyala, seperti bara api neraka dan
berpakaian jubah hitam dengan wajah yang sangat menyeramkan.
Pemuda
berpakaian ihram itu mundur beberapa langkah ke belakang. Langkahnya terhenti
ketika menyentuh sesuatu yang begitu lembut dan wangi, bak bunga kesturi.
Ketika dia mencoba melihat ke belakang, kembali dia terkejut karena melihat
sosok pria tua bertubuh besar, berkumis dan janggut putih sepanjang dada,
berpakaian serba putih dengan wajah yang sangat nyaman dipandang, berlawanan
dengan pria yang dilihat sebelumnya.
Suasana masih hening, tidak ada percakapan diantara mereka bertiga. Anehnya, perasaan
pemuda itu menjadi sedikit tenang setelah melihat pria tua berjanggut putih
tersebut. Kedua sosok pria besar misterius tersebut lalu dengan isyarat
tangannya mengajak pemuda itu agar berjalan mengikutinya. Bagai kerbau di cocok
hidung, pemuda itu spontan mengikuti saja langkah kedua pria yang ada di
samping kiri dan kanannya tersebut.
Setelah berjalan beberapa saat, sampailah ketiganya disebuah jalan yang
bercabang. Ketiganya lalu berhenti sesaat. Pria yang bertubuh tegap yang
berpakaian serba hitam mengajak pemuda itu untuk berbelok ke arah kiri. Pemuda
itu tidak bisa menolak kecuali hanya menurut saja dan mengikutinya. Beberapa
saat kemudian udara terasa semakin panas. Tiba-tiba kabut tipis yang ada
didepan mereka terbuka lebar dan terlihatlah pemandangan tragis yang sangat
memilukan dan belum pernah dilihat oleh pemuda itu sebelumnya. Bara api yang
sangat besar menyala dimana-mana. Dalam kobaran api itu terlihat banyak orang
yang sedang disiksa dengan berbagai adegan yang menyayat hati. Ada orang yang
sedang disiram timah panas yang mendidih, ada juga pria yang dipotong
kemaluannya. Ada wanita yang duburnya ditusuk besi panas, seperti orang yang
sedang di sate. Suara teriakan minta tolong, tangisan, rintihan bercampur
menjadi satu. Pokoknya suasana pemandangan yang terlihat begitu menyeramkan,
membuat pemuda itu menggigil ketakutan.
Pria hitam berwajah seram itu lalu menjelaskan kepada pemuda itu mengapa mereka
disiksa sedemikian rupa. Mereka semua adalah orang-orang yang ingkar dengan
perintah Allah SWT. Dia berpesan pada pemuda itu agar orang-orang tidak
melakukan perbuatan buruk seperti yang dilakukan mereka yang tengah disiksa itu
sebelumnya. Setelah memberi penjelasan panjang lebar, mereka kembali ketempat
semula di persimpangan. Disana terlihat pria berjenggot panjang dan berbaju
serba putih itu masih menunggu.
Kini giliran pria tua berwajah teduh yang sangat kharismatik itu yang mengajak
pemuda itu berjalan ke arah kanan. Lambat laun udara yang ada disekitarnya
terasa semakin sejuk. Tercium aroma wangi yang sangat enak sekali dan belum
pernah dirasakan pemuda itu sebelumnya. Tiba-tiba kabut yang ada dihadapan
mereka terurai secara ajaib. Tampaklah sebuah pemandangan indah yang sangat
menakjubkan. Sepanjang mata memandang tampak rumah yang sangat bagus sekali
dengan arsitektur yang unik dan belum pernah dilihatnya. Setiap rumah memiliki
bentuk dan ukuran yang berbeda dengan dikelilingi taman-taman yang indah.
Setiap rumah dihuni seorang wanita cantik bak bidadari dengan pakaian indah dan
senyuman yang menawan. Salah seorang wanita cantik yang menghuni salah satu
rumah disana tampak menyapa dengan melambaikan tangannya ke arah pemuda itu
sambil tersenyum, seolah sudah mengenal sebelumnya. Pemuda itu bingung, lalu
membalas melambaikan tangannya kearah wanita itu. Baru saja pemuda itu mau
bertanya ke pria tua yang ada disebelahnya, pria itu sudah menjelaskan bahwa
wanita itu adalah istrinya. Pemuda itu masih bingung karena dia merasa masih
bujangan. Tapi dia tidak bertanya lebih lanjut kecuali masih terpesona dengan
suasana yang dialaminya.
Sambil berjalan-jalan menikmati suasana di kompleks perumahan super mewah
tersebut, sang pria tua terus menjelaskan tentang ganjaran bagi setiap orang
muslim yang taat menjalankan perintah Allah SWT. Setelah menjelaskan panjang
lebar, mereka kembali ketempat semua yaitu dipersimpangan jalan.
Kedua pria misterius itu lalu menjelaskan kepada pemuda itu bahwa belum saatnya
dia berada disini. Dia harus kembali ketempatnya semula. Pemuda itu diminta
kembali menyusuri jalan sebelumnya dan dilarang untuk menoleh kebelakang. Saat
sedang berjalan tersebut, sayup-sayup terdengat suara orang yang memanggil
namanya. Suara itu semakin lama semakin jelas, sehingga menggoda dirinya untuk
menoleh ke belakang. Tapi dia kembali teringat pesan kedua pria misterius itu
agar jangan menoleh kebelakang. Pemuda itu lalu behenti sejenak dan sempat
bingung untuk beberapa saat. Kemudian dia menengadahkan tangannya ke langit,
berdoa kepada Allah SWT agar dirinya diberi petunjuk. Akhirnya hatinya bulat
untuk terus berjalan tanpa menoleh kebelakang. Langkahnya semakin lama semakin
cepat, sehingga tanpa disadarinya kakinya tersandung sesuatu yang menyebabkan
dirinya jatuh terpelungkup.
Pemuda itu berusaha bangun sambil mengusap matanya yang berlumuran tanah.
Ketika matanya dibuka, kembali dia terkejut bukan kepalang. Betapa tidak, kini
dirinya tidak lagi memakai pakaian ihram, melainkan memakai baju kaos berwarna
merah dan celana jeans butut. Ternyata dirinya tengah berada ditengah pemakanan
dan sedang berdiri diatas gundukan tanah berwarna merah. Dihadapannya
samar-samar terlihat sebuah papan nisan bertuliskan namanya â??Rakhmat, Lahir
17 Mei 1978, Wafat, 25 Juli 1998â??.
Suasana ditengah kuburan itu cukup gelap, hanya terbantu sinar bulan yang kebetulan
bersinar di malam itu. Antara percaya dan tidak percaya Rakhmat berjalan gontai
keluar dari pemakaman tersebut. Dia masih bingung mengapa dirinya berada diatas
makamnya sendiri. Berkali-kali dicubit pipinya sendiri untuk meyakinkan apakah
dirinya masih hidup atau sudah mati. Setiap kali dicubit, dia merasa kesakitan.
Kini dia semakin yakin kalau dirinya memang masih hidup, namun dia belum
menyadari sepenuhnya apa yang sebenarnya sedang terjadi pada dirinya.
Pemuda berperawakan kecil itu terus menyusuri jalan desa menuju ke rumahnya.
Ditengah perjalanan turun hujan gerimis. Ketika mulai memasuki desanya, suasana
terasa sepi. Tidak ada orang yang lalu lalang. Semua pintu rumah terlihat
terkunci rapat. Beberapa saat kemudian rumahnya mulai terlihat. Sayup-sayup
terdengar suara orang sedang tahlilan. Dia bergegas ingin segera sampai ke
rumahnya.
Ketika pemuda itu berada di depan pintu rumahnya, semua orang yang sedang
tahlilan sontak terkejut. Suasana menjadi gaduh. Semua orang berlarian tunggang
langgang, kecuali beberapa kerabat dan seorang ustad yang tadi memimpin
tahlilan. Didekatinya Rakhmat yang masih terpana di depan pintu rumahnya, lalu
dipegang kedua jempolnya sambil mulutnya komat kamit membaca ayat suci
Al-Qurâ??an.
Setelah merasa yakin, ustad itu lalu mengatakan kalau makhluk yang datang
tersebut bukan hantu, melainkan memang Rakhmat, seorang pemuda alim dan rajin
menjalankan ibadah yang meninggal tiga hari yang lalu. Perlahan-lahan
masyarakat yang kabur tadi kembali datang dengan masa yang lebih banyak.
Dibawah bimbingan pak Ustad, Rakhmat menceritakan semua pengalamannya. Anehnya,
pakaian yang dikenakan Rakhmat sekarang adalah pakaian yang dipakainya ketika
dia meninggal. Pakaian tersebut menghilang entah kemana sejak kematiannya.
Keanehan lainnya adalah ketika makam Rakhmat digali, ternyata isinya kosong dan
tidak ada tanda-tanda kalau makam tersebut pernah dibongkar sebelumnya.
Kini Rakhmat telah menemukan jodohnya, seorang wanita cantik dan soleha yang
wajahnya mirip dengan wanita cantik yang ditemuinya di alam gaib. Dia sudah
memiliki tiga orang anak dan hidup bahagia dengan bekerja sebagai guru agama di
salah satu kota di Lampung.