Oleh:
KH. Najmuddin Muzayyin, M.Ag.
Suatu
kali Nabi Musa bertanya kepada Allah Subhanahu Wata’ala tentang siapa yang
Allah kasihi dan tidak kepada hamba-Nya. Pertanyaan itu kurang lebih seperti ini:
“Ya Allah bagaimana aku tahu apa ciri orang-orang yang tengah Engkau
cintai dan tidak Engkau cintai.” Lalu Allah berfirman: Sesungunya bila AKU
mencintai maka orang itu ada tandanya:
Pertama,
Orang yang selalu berdzikir.
Aku berikan tanda kalau Aku mencintainya maka orang-orang ini selalu berdzikir.
Dzikir
dalam pengertian lebih luas dimaknai sebagai perbuatan apapun yang
semata-mata ridho karena Allah Subhanahu Wata’ala. Dan dzikir ini baik dalam
bentuk ucapan, perbuatan ataupun lintasan dalam hati, masing-masing memiliki
bobot dan nilai yang tinggi di sisi Allah Subhanahu Wata’ala. Salah satu
kelebihan itu seperti disabdakan oleh Kanjeng Rasulullah saw:
“Barangsiapa
yang masuk ke dalam pasar kemudian membaca: “laa ilaaha illalahu wahdahu laa
syarikalah, wahua hayun laa yamut, wahua alaa kulli syain qodirr.,
kataballahulladzi alfa afi sanatin…” maka Allah memberikan pahala yang berlipat
ribuan.”
Pasar
memang mengasikkan tetapi perlu waspada. Di sana tidak sedikit kesempatan orang
berbuat curang sangat banyak. Hingga dalam sebuah ayat, celaka besar orang
yang menimbang dengan curang. Di pasar itu pulalah sering sekali ditemui
timbangan yang dikurangi karena dicurangi. Di pasar juga sering terjadi gejolak
harga yang sewaktu-waktu menguras harta dan tiba-tiba memberi keuntungan yang
berlipat. Kebohongan, ketidakjujuran dan lain sebagainya paling mudah
ditemui di pasar dimana terjadi transaksi barang dan jasa.
Kita
juga bisa melihat dalam doa-doa harian sebagai dzikir yang diinformasikan oleh
para sahabat-sahabat Nabi saw dalam merekam tindakan Rasulullah Saw. Hampir
dalam setiap perbuatan Rasulullah saw seperti direkam oleh para sahabatnya
melakukan doa. Seperti mau tidur dan setelahnya ada doanya. Demikian hingga
memakai baju dan melepaskannya. Bahkan ketika hendak masuk WC (water closet)
dan keluarnya semua itu ternyata dimulai dan disudahi dengan doa. Untuk
mengetahui doa-doa itu banyak sekali buku-buku mengutip doa-doa yang diajarkan
Rasulullah saw. Atau kalau mau merujuk ke sumber asli (hadits) silahkan membuka
kitab-kitab hadits di sana banyak sekali.
Kenapa
sampai harus membaca do’a-do’a tertentu. Salah satunya misalnya kenapa harus
membaca doa saat masuk WC (water closet) doanya seperti berikut:
“Ya
Allah lindungi kami dan (kejatahan) syetan laki-laki dan perempuan”
Dalam
sebuah riwayat, orang dikejar-kejar syetan kemudian masuk WC dan membaca doa
itu, maka kemudian syetan itu tidak bisa melihatnya.
Kelas
dzikir kita dimana?
Kalau
demikian dimanakah kelas (posisi) dzikir kita kepada Allah SwT. Sesuai dengan
yang diajarkan Nabi saw seperti saat kita memakai pakaian, lalu berdoa sesuai
sesuai yang diajarkan Nabi, saat itulah dalam kondisi berdzikir.
Selain
dzikir yang berbentuk doa, juga disertai niat: “Saya niat memakai pakaian
ini untuk menutup aurat karena Allah“. Atau dengan bahasa lain: “saya
niat memakai pakaian supaya jangan masuk angin” dan seterusnya. Niat
seperti ini juga termasuk dalam kategori dzikir tingkat tinggi.
Kedua, Orang yang dijauhkan dari
perbuatan haram.
Ciri
kedua dari orang yang dicintai Allah adalah ia dijauhkan dari perbuatan haram.
Sebab merekalah yang layak masuk surga, dan tidak pantas menerima adzab.
Karenanya, kita bersyukur bila kita punya perasaan dan tindakan untuk membenci
perbuatan-perbuatan jahat: Seperti membunuh, memfitnah, berjudi, berzina,
takabur dll. Jika memliki itu, maka kita memiliki salah satu ciri
dicintai Allah subhanahu wata’ala. Namun kita juga waspada sekali kepada
dosa-dosa yang samar dan tidak terasa seperti kadan-kadang muncul dengan
sendirinya seperti membicarkan kejelekan orang, merasa benar dan sombong
sendiri, merasa paling pinter dst.
Singkatnya,
dua hal tersebut hendaknya menjadi tolok ukur sejauhmana kita berada di sisi
Allah subhanahu wata’ala. Jika posisi kita ini tidak seperti dua hal di atas,
maka berarti posisi kita sudah bisa diketahui menjadi orang yang tidak dicintai
Allah subhanahu wata’ala .
Salah
satunya adalah nafsu yang terus dibiarkan dan selalu melakukan perbuatan yang
haram. Karena orang yang selalu berbuat haram adalah patut mendapat adzab.
Sebab mereka yang selalu mengikuti nafsunya sendri.
Akhirnya,
marilah kita selalu mengedepankan husnudzdzon sekaligus memperbaiki diri
guna menjaga amalan-amalan harian agar tetap dalam bimbingan Rasulullah saw.
Tentunya dengan terus berupaya meniru dan memperhatikan prilaku kita
sebisa mungkin dengan menjaga sunah-sunah dan tentu saja setelah perbuatan yang
wajib-wajib diperkekat.
Dengan
terus berupaya belajar untuk tetap berada dalam rel wahyu dan berada di
belakang Kanjeng Nabi Muhammad saw, Insya Allah kita bisa menjadi orang yang
dicintai Allah. Sekali lagi orang yang dicintai Allah dan dibenci bisa
diketahui dari ciri-cirinya. Karenanya mari kita teliti diri kita sendiri dalam
kondisi apakah kita saat ini. Wallahu a’lam.
Disampaikan
dalam pertemuan bulanan warga Buntet Pesantren Cirebon di rumah Ust. Drs. H.
Ahmad Saehu, Cakung, Jakarta Timur, Sabtu, 9 November 2008.
Sumber: buntetpesantren.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar