Wudhu merupakan sarana bersuci
(thaharah) umat Islam dari hadats kecil. Wudhu memiliki 3 keutamaan yang luar
biasa sebagaimana disebutkan dalam hadits-hadits di bawah ini:
1. Anggota wudhu akan bercahaya di hari kiamat
إِنَّ أُمَّتِى يُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ آثَارِ الْوُضُوءِ ، فَمَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ
1. Anggota wudhu akan bercahaya di hari kiamat
إِنَّ أُمَّتِى يُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ آثَارِ الْوُضُوءِ ، فَمَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ
“Sungguh, umatku akan dipanggil
(saat akan dihisab) nanti pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya di sekitar
wajah, tangan dan kaki, karena bekas wudhu. Karena itu, barangsiapa diantara
kalian yang ingin melebihkan basuhan wudhunya, maka lakukanlah.” (Muttafaq
‘alaih)
2. Mendapatkan perhiasan di surga sesuai batas wudhunya
تَبْلُغُ الْحِلْيَةُ مِنَ الْمُؤْمِنِ حَيْثُ يَبْلُغُ الْوَضُوءُ
2. Mendapatkan perhiasan di surga sesuai batas wudhunya
تَبْلُغُ الْحِلْيَةُ مِنَ الْمُؤْمِنِ حَيْثُ يَبْلُغُ الْوَضُوءُ
“Perhiasan orang mukmin (di surga)
itu sesuai batas wudhunya” (HR. Muslim)
3. Diampuni dosanya
مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ خَرَجَتْ خَطَايَاهُ مِنْ جَسَدِهِ حَتَّى تَخْرُجَ مِنْ تَحْتِ أَظْفَارِهِ
3. Diampuni dosanya
مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ خَرَجَتْ خَطَايَاهُ مِنْ جَسَدِهِ حَتَّى تَخْرُجَ مِنْ تَحْتِ أَظْفَارِهِ
“Barangsiapa berwudhu dan
menyempurnakannya, maka semua dosa keluar dari jasadnya, hingga dari ujung
kuku-kukunya.” (HR. Muslim)
مَنْ تَوَضَّأَ هَكَذَا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَكَانَتْ صَلاَتُهُ وَمَشْيُهُ إِلَى الْمَسْجِدِ نَافِلَةً
مَنْ تَوَضَّأَ هَكَذَا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَكَانَتْ صَلاَتُهُ وَمَشْيُهُ إِلَى الْمَسْجِدِ نَافِلَةً
“Barangsiapa berwudhu demikian, maka
dosa-dosanya yang telah lalu diampuni. Shalat dan berjalannya menuju masjid
menjadi tambahan pahala.” (HR. Muslim)
إِذَا تَوَضَّأَ الْعَبْدُ الْمُسْلِمُ - أَوِ الْمُؤْمِنُ - فَغَسَلَ وَجْهَهُ خَرَجَ مِنْ وَجْهِهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ نَظَرَ إِلَيْهَا بِعَيْنَيْهِ مَعَ الْمَاءِ - أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ - فَإِذَا غَسَلَ يَدَيْهِ خَرَجَ مِنْ يَدَيْهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ كَانَ بَطَشَتْهَا يَدَاهُ مَعَ الْمَاءِ - أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ - فَإِذَا غَسَلَ رِجْلَيْهِ خَرَجَتْ كُلُّ خَطِيئَةٍ مَشَتْهَا رِجْلاَهُ مَعَ الْمَاءِ - أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ - حَتَّى يَخْرُجَ نَقِيًّا مِنَ الذُّنُوبِ
“Apabila seorang muslim –atau
mukmin- berwudhu, maka ketika membasuh wajah, seluruh dosa yang telah dilihat
dengan kedua matanya keluar dari wajahnya bersama air –atau tetesan air
terakhir. Ketika membasuh kedua tangannya, setiap dosa yang disebabkan pukulan
tangannya keluar dari tangannya bersama air –atau tetesan air terakhir. Ketika
membasuh kakinya, seluruh dosa karena perjalanan kakinya keluar bersama air
-atau tetesan air terakhir. Sehingga, ia pun keluar dalam keadaan bersih dari
seluruh dosa.” (HR. Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar