Sabtu, 03 Desember 2011

Perdebatan Antara Nabi Adam dan Nabi Musa

Adam dan Musa beragumentasi disisi Rabb mereka. Bagaimana itu bisa terjadi? banyak diantara kaum muslimin yang menolak atau tidak percaya dengan hadits tersebut. Alasan mereka karena jaraknya yang sangat jauh fase Adam alaihis salam dan Musa alaihis salam. Sehinggga apa yang bertentangan dengan akal mereka maka mereka tidak mau menerimanya. Padahal masalah aqidah adalah masalah tauqifi yaitu yang sudah tidak bisa digugat lagi karena apabila masalah ini diserahkan kepada akal maka niscaya tidak adalagi gunanya iman. Benar, bila semua urusan agama ini dikembalikan kepada akal untuk menilainya maka akan banyak terjadi pengingkaran dan penolakan terhadap ajaran islam ini, wal hasil agama hanya dijadikan wacana pergunjingan pendapat bukan sesuatu yang harus diimani dan ditaati.


sesungguhnya Adam dan Musa alaihimas salam berdebat disisi Allah Subhanahu wata’ala hal ini dinyatakan dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang berbunyi demikian:

“Musa berkata: “Engkau adalah Adam yang Allah telah menciptakanmu dengan tangan-Nya, meniupkan ruh-Nya kedalam dirimu, memerintahkan malaikat bersujud kepadamu dan menempatkanmu didalam surga-Nya. Kemudian kesalahanmu menjadikan manusia diturunkan ke bumi”

Maka Adam pun berkata: “Engkau adalah Musa yang Allah telah memilihmu melalui risalah dan kalam-Nya. Dan, DIA telah memberikan kepadamu lembaran-lembaran yang didalamnya berisi penjelasan mengenai segala sesutu serta mendekatkanmu pada keselamatan. Lalu berapa lama engkau mendapatkan Allah menulis Kitab Taurat sebelum aku diciptakan?”

Musa menjawab: “40 tahun”

lebih lanjut Adam berkata:”Apakah didalamnya (Taurat) engkau menemukan firman-Nya:”Dan, Adam mendurhakai Rabb-Nya sehingga ia pun sesat” (Thaha:12)”"Ya” jawab Musa. Selanjutnya Adam bertanya:”Jika demikian, mengapa engkau mencaciku karena aku mengerjakan perbuatan yang telah ditetapkan (ditakdirkan) Allah bagiku untuk mengerjakannya 40 tahun sebelum DIA menciptakanku?” Rasulullah shalallahu alaihi wassalam pun berkata,:”Demikianlah Adam memberikan argumentasi kepada Musa”

Setelah kita menyimak hadits diatas marilah kita melihat pada kelompok qadariyah yang tidak mau menerima hadits ini dan melontarkan syubhatnya.Syubhat yang harus ukhti ketahui sehingga sikap waspada dan hati-hati akan muncul dalam hati ukhti bila telah mengenal syubhat mereka. Nah mari kita lihat syubhat ini dalam kitab Tahdzib Syarh Aqidah Ath-Thahawiyah jilid 2/150:

Berdalih dengan “Adam Berbuat Dosa Juga Karena Takdir”

Apabila ada yang menanyakan : Apa pendapat anda tentang alasan Adam tentang takdir terhadap Musa alaihimas salam? Yaitu ketika beliau berkata kepadanya:

“Apakah engkau mengecamku atas apa yang telah Allah suratkan bagi diriku 40 tahun sebelum aku diciptakan? nabi (Muhammad) lalu mempersaksikan bahwa Adam unggul dengan hujjahnya atas Musa?”

Jawabannya:
Kita menerima kabar itu dengan mendengar dan taat. Karena kabar itu sah dari Nabi shalallahu alaihi wassalam. Kita tidak menerima kabar itu lalu menolak dan mendustakannya perawinya, sebagaimana yang dilakukan oleh Qadariyah. Kita juga tak memberikan takwil-takwil kosong. Tapi yang betul , bahwa Adam tidaklah beralasan atas dosanya itu dengan takdir dan ketetapan Allah. Karena dia adalah orang yang paling kenal dengan dosa dan Rabbnya. Padahal kaum mukminin dari anak cucunya saja tak mau beralasan dengan takdir, karena itu batil. Sedangkan Musa sendiri amat mengenal bapaknya (Adam) dengan dosanya tadi. tak mungkin ia mencela Adam alaihis salam karena dosa yang dia sudah bertaubat darinya, bahkan Allah telah mengampuninya, memilih dan memberinya petunjuk. Tapi yang beliau (Musa) kecam adalah musibah yang menyebabkan keluarnya anak cucu Adam dari Jannah.Maka Adam beralasan bahwa semua itu sudah takdir. Yakni musibah itu bukan kekeliruannya tadi. Karena beralasan dengan takdir itu memang ketika datang musibah, bukan ketika melakukan kesalahan. Pengertian inilah yang paling bagus sebagai penafsiran hadits tadi. Setiap musibah yang telah ditakdirkan, harus diterima dengan pasrah. Karena itu adalah kesempurnaan rasa ridhanya terhadap rabb. Adapun dosa, seorang hamba tidak berhak melakukannya., ia harus beristighfar dan bertaubat. Ia bertaubat dari kesalahannya itu, Namun bersabar terhadap musibahnya. Allah berfirman:



“Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohon ampunlah atas dosamu”(Fathir: 55)

“Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu”(Ali-Imran:120)

Adapun pada kitab Tauhid jilid 2 didapatkan keterangan tentang bolehnya kita berdalih dengan takdir ketika ditimpa musibah. Dengan berdalih pada hadits argumentasi Adam dengan Musa alaihimas salam.Berdalih dengan takdir atas tertimpanya musibah adalah dibolehkan. Segala musibah yang telah ditakdirkan menimpa manusia wajib diterima dengan ridha. Ini adalah hadits pembelaan Nabi Adam dihadapan Musa alaihimas salam rasulullah shalallahu alahi wassalam bersabda:

“Adam dan Musa berbantah-bantahan, Musa berkata,”Wahai Adam, anda adalah bapak kami, anda telah mengecewakan kami dan mengekluarkan kami dari surga”. Maka Adampun berkata kepadanya:”Engkau Musa, Allah telah memilihmu dengan kalam-Nya dan menulisakan untukmu dengan Tangan-Nya.Apakah engkau (pantas) mencelaku berdasarkan suatu perkara yang telah ditakdirkan Allah menimpaku sebelum aku dicipatkan 40 tahun?Maka Nabi shalallahu alaihi wassalam bersabda:Maka Adampun membantah musa, Adam telah membantah Musa”(HR.Muslim IV/2042-2043)

Adam berhujjah dengan takdir atas musibah yang menimpanya keluar dari surga.Karena itu Musa menyalahkan Adam dan berkata: Mengapa engkau mengelaurkan kami dari surga? maka ternyata hujjah Adam mengalahkan hujjah Musa. Allah Azza Wa jalla telah menetapkan bahwa Adam dan anak keturunannya akan hidup didunia dan mereka diciptakan untuk itu, seperti yang dikabarkan Allah :

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi. Mereka berkata,”Mengapa Engkau hendak menjadikan dibumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kai senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?Tuhamnu berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”(Al-Baqarah:30)

Maka hujjah Adam mengalahkan Musa, dan Musa tidak menyalahkan Adam atas kemaksiatannya yaitu memakan sesuatu dari pohon, Musa lebih mengerti untuk tidak mencela Adam atas dosa yang dia telah bertaubat kepada Allah, dan Allahpun menerima taubatnya. Dan, Adam lebih mengerti untuk tidak berhujjah dengan takdir bahwa orang yang berdosa tidak mendapat cela.

Dari pembahasan diatas dapatlah kita fahami bahwa seseorang yang berbuat maksiat/dosa tidak boleh berhujjah dengan takdir. Kita diperbolehkan berhujjah dengan takdir ketika kita ditimpa musibah.Wajib bagi seorang mukmin dan mukminah untuk mengimani hadits ini dan dilarang didalamnya mencari-cari takwil atau bahkan menolak kesahan hadits diatas karena tidak sesuainya dengan akal pikiran kita.Wallahu’alam bishawwab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar